“Amanah yang kita miliki adalah lebih banyak dari waktu yang kita miliki”
– Hasan Al Banna –
Lagi-lagi saya dihadapkan pada beberapa agenda di waktu yag sama. Ini sudah yang kesekian kalinya apalagi setelah saya menduduki posisi strategis di Himpunan Mahsiswa Mesin (HMM) sekaligus mendapatkan beasiswa PPSDMS. Keduanya sama-sama menjanjikan jadwal yang super padat untuk saya. HMM yang hampir setiap minggunya dalam setahun ini selalu mengadakan kegiatan mulai tingkat jurusan sampai nasional. Belum lagi Dewan Presidium FTI dan ITS yang tentunya juga menjanjikan pertemuan-pertemuan yang cukup intensif terutama ketika akan menghadapi agenda-agenda besar baik di tingkat fakultas maupun institut. Kegiatan akademik yang lumayan mecekik leher membuat saya berkali-kali terpaksa mengagendakan rapat di malam hari. Ditambah program pembinaan yang “Wow” di PPSDMS rasanya lengkap sudah.. (hehe.. piss men).
Satu paragraph diatas kelihatannya cukup mengambarkan kegiatan keseharian saya yang selalu berkejaran dengan waktu. Nah.. dalam posisi ini kita bias menyikapinya dengan dua pilihan:
- kita akan berpusing-pusing ria, selalu mengeluh dan menganggap semua ini hanya beban yang dengan sangat tidak hoki jatuh ke pundak kita. Lalu kita akan mulai melihat orang-orang di sekitar kita yang hidup dengan santainya, kerjanya hanya kuliah dan bersenang-senang. Gak ada rapat ini-itu, gak harus ngisi acara disana-sini, gak pake apel, KIP, Taekwondo, de el el.., atau
- kita akan melihat ini sebagai anugerah dari Allah SWT, yang telah memberikan kita kesempatan emas yang tidak semua orang miliki. Kita akan menganggap semua ini sebagai tantangan yang harus bias kita lewati. Kita juga akan menyadari bahwa ini adalah satu bentuk kesempatan untuk bias memberi lebih banyak kepada orang-orang di sekitar kita. Walaupun berat, namun kita yakin bahwa ini semua akan menempa diri kita menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Setelah ditimbang-timbang akhirnya dengan alasan kesehatan dan kebahagiaan dunia akhirat, saya memutuskan untuk mengambil jalan yang kedua. Namun persoalan tidak selesai sampai disitu. It’s OK if we are thinking that it’s a challenge to upgrade our skills or somethin’ else. Tapi kita tetap akan menghadapi jadwal yang bentrok, dan agenda yang super padat. Nah.. karena itulah kita perlu dengan cermat mengatur jadwal kita. Untuk hal-hal yang masih di wilayah kekuasaan kita (seperti rapat BPH, kunjungan, dll) sebisa mungkin diusahakan untuk ditempatkan di waktu-waktu yang kosong. Sedangkan untuk hal-hal yang diluar kewenangan kita, cobalah untuk sebisa mungkin mempengaruhi pihak berwenang agar menyesuaikan jadwalnya dengan jadwal kita. Sekarang yang jadi masalah adalah bagaimana jika hal-hal tadi sudah dilakukan namun masih ada juga agenda yang bentrok? Jawabannya simple, “ya didelegasikan lah..”. Tapi habis itu ada pertanyaan lagi, “kalo gak mungkin didelegasikan gimana?”. Nah.. untuk masalah model ini kata kuncinya adalah untung – rugi. Disini pastinya kita harus memilih salah satu. Agenda mana yang lebih utama/prioritas bagi kita itulah yang kita dahulukan. Nah sekarang agenda macam apakah yang harus kita prioritaskan? Sebagai seorang yang bertanggung jawab, kita seharusnya mendahulukan agenda-agenda yang mana bila kita tinggalkan akan dapat menimbulkan kerugian bagi orang banyak. Sebagai makhluk sosial yang banyak hidup di ranah publik seringkali kita dituntut untuk mengorbankan kepentingan pribadi. Itu sudah jadi konsekuensi karena saya memang memilih untuk berada di jalur ini.
Dari paparan diatas saya bisa mengatakan bahwa memanage jadwal anda adalah sangat penting!!! Apalagi bagi anda yang banyak hidup di ranah publik. Alasannya simpel, sebab kalau jadwal anda sampai amburadul artinya adalah semakin banyak agenda yang bentrok, kalau banyak agenda yang bentrok berarti ada agenda yang harus kita tinggalkan. Nah, karena anda tidak hanya hidup sendiri, melainkan juga hidup di ranah publik, berarti semakin besar kemungkinan anda akan mendzalimi diri sendiri, lebih parah lagi mendzalimi orang lain atau bahkan mendzalimi banyak orang. Alasan lainnya adalah, jadwal yang berantakan menandakan hidup yang berantakan. Kalau hidup anda berantakan bisa dipastikan anda akan sibuk mengurusi diri anda sendiri bersama segudang masalah yang akan anda hadapi. Ketika anda sudah sibuk/tidak becus dengan diri anda sendiri, maka lupakanlah untuk mengurusi orang lain. Lupakan untuk mengurusi orang lain artinya posisi supervisor, manager, apalagi direktur tidak layak untuk anda. Anda tidak qualified untuk menjadi leader dalam level apapun. Anda akan hanya menjadi orang terbawah yang tidak lagi punya bawahan. Begitulah kira-kira konsekuensi yang seharusnya ditanggung oleh orang yang belum bisa mengatur waktunya.
Sebaliknya, orang yang pandai mengatur waktunya adalah orang hebat yang justru tidak pantas menjadi bawahan. Ketika anda sudah bisa mengatur diri sendiri maka anda adalah orang yang dicari-cari untuk bisa mengatur banyak orang. So, jangan ragu lagi, segera buat plenning anda hari ini, minggu ini, bulan ini, tahun ini, dst. Memang akan sulit untuk bisa tegas pada diri sendiri, namun pada kenyataannya disiplin diri memang selalu menjadi bagian penting dari orang-orang sukses.
”keraslah pada dirimu dan dunia akan lunak padamu. Lunaklah pada dirimu dan dunia akan keras padamu.”
– someone –